Digital Citizenship Indonesia
Digital Citizenship: Kelas SD (4 - 6)
Digital Citizenship: Kelas SD (4 - 6)

Teknologi

Pada era sekarang ini, kehidupan masyarakat tidak terlepas dari penggunaan teknologi digital. Hampir mayoritas waktu dalam kehidupan masyarakat sekarang ini tidak lepas dari penggunaan teknologi digital baik untuk bekerja, belajar ataupun bersosialisasi baik itu lewat komputer, mobile phone, ataupun perangkat pintar yang ada di kantor ataupun di rumah kita. Interaksi pengguaan teknologi sudah menjadi kebiasaan masyarakat dari bangun tidur sampai tidur lagi.

Tentu banyak manfaat yang kita peroleh dari penggunaan teknologi digital ini, produktivitas yang meningkat, kolaborasi dalam bekerja/belajar dengan siapa saja, darimana saja dan kapan saja dengan bantuan internet. Apalagi dalam kondisi pandemi yang kita rasakan sekarang ini, transformasi digital yang meningkat pesat menjadi 3-4 tahun lebih cepat, dimana karena ada batasan interaksi fisik, hampir semua pekerjaan dan pembelajaran dilakukan secara daring. Namun, ternyata ada yang perlu diwaspadai oleh masyarakat dalam penggunaan teknologi digital ini, apalagi apabila teknologi digital tersebut terhubung dengan internet.

Risiko kejahatan siber atau yang dikenal dengan istilah cybercrime menjadi pengetahuan yang penting untuk diketahui oleh masyarakat. Namun, dalam prakteknya tidak banyak masyarakat di Indonesia memahami hal tersebut, sehingga masih banyak masyarakat ataupun organisasi di Indonesia menjadi korban dari kejahatan siber ini. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian kita semua, untuk semakin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai potensi kejahatan siber yang ada, dalam setiap aktivitas kita di ruang digital khususnya di ruang siber.

Menurut riset yang dilakukan oleh NCSI (National Cyber Security Index) sebuah yayasan pendidikan e-governance dari negara Estonia, negara Indonesia menduduki peringkat ke 76 dengan nilai index 38.96. Berdasarkan NCSI Indonesia masih memiliki nilai kurang baik untuk banyak aspek, salah satunya terkait dengan pendidikan/literasi.

Selain kejahatan siber, etika di ruang siber perlu menjadi perhatian khusus. Menurut survei yang dilakukan oleh Microsoft pada bulan April – Mei 2020 dan dipublikasikan pada bulan Februari 2021, Indonesia menempati posisi paling buncit pada Digital Civility Index report di regional Asia Pacific. Nilai DCI Indonesia memburuk 8 angka dari nilai sebelumnya. DCI reports adalah hasil riset yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet di seluruh dunia saat berkomunikasi dan berinteraksi di ruang siber. Semakin tinggi nilai DCI maka tingkat kesopanan dan etika semakin buruk.

Buruknya nilai DCI Indonesia langsung terbukti beberapa saat setelah Microsoft merilis hasil riset tersebut. Akun sosial media Microsoft dibanjiri oleh kecaman ataupun kalimat-kalimat yang tidak sopan lainnya dari netizen Indonesia sehingga memaksa Microsoft untuk mematikan kolom komentar yang ada. Hal yang sama juga terjadi dalam kasus tuduhan kecurangan yang melibatkan Gotham Chess dan Dadang Subur alias Dewa_Kipas, dimana akun youtube Gotham Chess diserbu oleh komentar-komentar negatif dari netizen Indonesia, sehingga memaksa akun YouTube Gotham Chess untuk membatasi akses dari warganet Indonesia.

Kenaikan nilai DCI di Indonesia dipengaruhi oleh hoax, scam dan fraud yang naik 13%, ujaran kebencian naik 5% dan diskriminasi turun 2%. Yang perlu menjadi perhatian, ternyata kenaikan nilai DCI ini malah disumbang sebagian besar oleh orang-orang dewasa di Indonesia. Sebanyak 47% dari responden menyampaikan bahwa mereka terlibat dalam aktivitas bullying dan 19% dari responden pernah menjadi target dari bullying dimana 12% terjadi pada orang dewasa.

Dari laporan tersebut masyarakat terkesan melupakan nilai-nilai etika yang ada dalam ruang fisik ketika berinteraksi di ruang siber. Etika dan kesopanan yang biasanya muncul di ruang fisik menjadi hilang ketika interaksi dilakukan lewat text yang ada di gadget masing-masing. Salah satu sebab dari hal ini dikarenakan banyak masyarakat Indonesia belum memahami dengan baik bagaimana menjadi masyarakat digital (digital citizen) yang baik.

Kesadaran masyarakat mengenai keamanan siber dan etika bermasyarakat secara digital perlu untuk ditingkatkan karena hal tersebut menjadi fondasi yang fundamental dalam terciptanya ruang siber yang aman dan nyaman di Indonesia.

Kelas ini diperuntukan untuk Pelajar Kelas SD (4 - 6) belajar bagaimana menjadi digital citizen yang baik.

MATERI KURSUS

Jejak digital Anda adalah catatan dari semua interaksi online Anda. Begitu sesuatu diposkan atau dibagikan secara online, itu bisa ada di sana selamanya. Memahami jejak digital Anda membantu Anda memilih dan mengontrol apa yang Anda tinggalkan secara online untuk ditemukan orang lain.

Digital Citizenship atau kewarganegaraan digital adalah bagaimana tindakan atau perilaku kita ketika menggunakan perangkat digital serta berinteraksi dengan orang lain secara daring.

Kebebasan berpendapat hari ini mengambil bagian dalam ruang lingkup kemajuan teknologi dan internet di mana kita bebas mengekpresikan diri dengan cara yang berbeda melalui media sosial.

Di samping begitu banyaknya manfaat dari media sosial yang memudahkan kita untuk berinteraksi satu sama lain, media sosial juga diimbangi dengan dampak negatifnya. Tugas kita sebagai orang tua atau anggota kelurga yang lebih dewasa adalah mengajak anak-anak untuk berdiskusi tentang cara berinteraksi online dengan baik dan aman.

Harus diakui bahwa perangkat digital dan berbagai layanan yang bersifat daring telah menjadi bagian penting dalam kehidupan siswa masa kini. Namun, pada kenyataannya, teknologi tersebut berpotensi mengganggu pembelajaran di sekolah jika digunakan terlalu sering atau tanpa prosedur yang tepat.

Penggunaan perangkat seluler di lingkungan sekolah, terlebih di dalam kelas membawa manfaat sekaligus tantangan, baik bagi siswa, guru, sampai orang tua sekalipun. Oleh karena itu, ketiganya mempunyai peran masing-masing dalam menentukan efektivitas pemakaian perangkat seluler di sekolah.

Melindungi diri dari berita bohong adalah prioritas utama di era serba digital. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara menyikapi luasnya penyebaran berita bohong di sekitar kita.

Kehadiran internet juga meningkatkan kesempatan belajar untuk siapa saja tanpa terkecuali. Internet memungkinkan orang-orang yang dulunya terhambat oleh usia, kondisi sosial ekonomi, hingga wilayah geografis untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Misalnya, siswa bisa tetap berinteraksi dan terhubung dengan teman dan gurunya, atau bahkan menonton dan mengikuti pembelajaran sekolah lain yang lokasinya jauh sekali.

Perkembangan teknologi juga telah berdampak terhadap perkembangan industri games, yang membuat para tenaga didik saat ini semakin kreatif dalam mendesain proses pembelajarannya. Guru dapat menggunakan pembelajaran berbasis game dengan memanfaatkan hasrat siswanya untuk membuat pembelajaran lebih bermakna, otentik, menyenangkan dan tentunya lebih menarik.

Selain menyediakan berbagai media hiburan dan komunikasi, gadget juga memiliki risiko yang harus kita hindarkan dari anak-anak dengan mengelola waktu yang mereka habiskan di depan layar. Dengan menetapkan durasi dan meningkatkan kualitas penggunaan gadget bagi anak-anak, diharapkan mampu menjadi strategi pamungkas untuk menghindarkan anak-anak dari risiko-risiko penggunaan gadget

Beberapa kiat dan strategi untuk memastikan waktu yang dihabiskan anak-anak saat bermain game online tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, aman, serta tetap menyenangkan. 

Video game rupanya tidak melulu tentang efek negatif. Bermain game online memberikan manfaat baik dalam proses perkembangan maupun pembelajaran anak. Selain itu juga dapat membantu anak-anak dan remaja untuk mengembangkan berbagai keterampilan penting. 

Menonton video bersama anak-anak Anda dapat menjadi sebuah pengalaman yang positif dan berharga. Kegiatan semacam ini juga bisa menjadi kesempatan untuk memulai percakapan yang bermakna dengan mereka sekaligus mendukung perkembangan mereka. 

Mungkin kebanyakan dari kita memahami bahwa masalah privasi di dunia digital adalah bagaimana Anda melindungi privasi diri sendiri. Namun, pernahkah Anda memikirkan bahwa Anda juga bertanggung jawab atas privasi orang lain yang berada di dunia digital yang sama dengan Anda?  

Kehidupan kita saat ini sangat dekat dengan teknologi. Baik tua maupun muda, semuanya dapat mengakses dunia digital kapan pun dan di mana pun. Dari sini, penting bagi setiap orang untuk dapat membagi dan menyeimbangkan “kehidupan” mereka di dunia daring sekaligus luring. 

Anak-anak menghadapi berbagai macam stereotip di dunia digital. Namun, apakah mereka selalu sadar akan kebenarannya? Penting untuk membimbing mereka sejak dini agar bisa berpikir kritis tentang bagaimana stereotip gender bisa memengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan orang lain. 



Tags



Share With Friends